Thursday, April 21, 2011

Hati yang Gentar dan Keputusan yang Buruk - Bag. II

4. Supaya dapat menduduki tanah itu, mereka haruslah percaya sepenuhnya kepada Tuhan.
Kalimat kunci dari seluruh pelajaran ini adalah “janganlah takut, dan janganlah patah semangat atau tawar hati”. Seperti yang telah kita pelajari, memang ada cukup banyak alasan yang masuk akal yang menghalangi bangsa Israel dalam mewarisi tanah perjanjian itu, supaya dengan demikian hanya “kekuatan ilahi” saja yang akan memampukan mereka untuk mewarisinya, bagian mereka hanyalah percaya dan bertindak. Karena hanya pada saat kita tidak mampu, Tuhan akan bekerja dengan luar biasa. Takut adalah bukti tidak adanya iman. Mereka telah menerima Firman Allah. Mereka dapat memilih untuk percaya kepadaNya walau tanpa bukti (itulah iman) atau merasa ragu dan putus asa (itulah takut). Hanya ada dua pilihan itu, tidak ada yang lainnya. Dan kedua pilihan itu yang menjadi menjadi pilihan kita juga, akan sangat menentukan masa depan dan “destiny” mereka dan kita juga.
Kedengarannya seperti mudah bukan? Begitu pula dengan kehidupan kekristenan. Masalahnya bukan pada saat mereka menerima nasehat-nasehat itu tapi pada saat mereka mulai merenung-renungkannya. Mereka ingin mendefinisi ulang apa itu iman menurut cara pandang mereka. Iman sesungguhnya adalah “bukti dari apa yang tidak kita lihat”. Ya. mereka memang setuju untuk memiliki iman seperti itu, tetapi mereka juga ingin melihat apakah mungkin mereka dapat mewarisi tanah perjanjian itu dengan kekuatan mereka sendiri tanpa harus sungguh-sungguh menharapkan mujizat dari Tuhan (karena mereka harus sungguh-sungguh percaya). Dan ini adalah rencana yang menurut cara pandang mereka justru akan membuktikan bahwa Tuhan tidak akan mempermalukan DiriNya dan mereka. Mereka telah berusaha membantu keMaha-Kuasaan Tuhan.
Ulangan 1: 22 – 24
22 Lalu kamu sekalian mendekati aku dan berkata: Marilah kita menyuruh beberapa orang mendahului kita untuk menyelidiki negeri itu bagi kita dan membawa kabar kepada kita tentang jalan yang akan kita lalui, dan tentang kota-kota yang akan kita datangi.
23 Hal itu kupandang baik. Jadi aku memilih dari padamu dua belas orang, dari tiap-tiap suku seorang.
24 Mereka pergi dan berjalan ke arah pegunungan, lalu sampai ke lembah Eskol, kemudian menyelidiki negeri itu.
Dalam ayat 22 dalam Alkitab berbahasa Inggris dikatakan “And ye came near unto me i, yang artinya “Lalu kamu sekalian mendekati aku, setiap orang dari kamu.”
Perhatikan baik-baik dan jangan menyepelekan kata-kata “setiap orang dari kamu”. Itu berarti saran yang telah disepakati oleh semua orang. Seperti pada umumnya yang kita telah ketahui , ketika kita berusaha untuk menjalankan kerajaan Allah menurut suara terbanyak, biasanya tidak akan pernah berhasil. Karena suara mayoritas biasanya tidak memandang segala sesuatu menurut “cara pandang Tuhan” Mereka memang mengijinkan Tuhan agar bekerja, tetapi sesuai cara mereka dan jalan-jalan mereka sendiri, mereka sangat senang untuk membantu Tuhan. Jadi walaupun kita telah mengetahui bahwa jalan-jalan Tuhan jauh lebih tinggi dari jalan-jalan manusia, tetapi pada kesehariannya, kita bertingkah seakan-akan jalan kita dua meter lebih tinggi dari jalan-jalan Tuhan dan tidak percaya sepenuhnya bahwa jalanNya adalah setinggi langit di atas bumi. Karena itu

Hati yang Gentar dan Keputusan yang Buruk - Bag. I


Setan amat ahli dalam membuat manusia menjadi patah semangat dan berkecil hati. Dia tahu betul bagaimana memakai sebuah kata atau suatu kejadian untuk membuat hati menjadi tertutup oleh selubung sehingga manusia tidak dapat melihat terang dari suatu kebenaran.
Setan adalah produser dari semua pikiran-pikiran yang negatif. Pesan-pesannya selalu membawa manusia kepada maut. Setan bekerja atau beroperasi dengan cara memberitakan “kebalikan” dari Firman Tuhan di Filipi 4:8, yang kalau diterjemahkan kira-kira menjadi seperti ini:
“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang membuat patah semangat, semua yang membuat depresi, semua yang membuat stress, semua yang menyebabkan ketakutan, semua yang menjadikan frustasi, semua yang tidak menghasilkan buah, pikirkanlah semuanya itu.”
Dan pada kenyataannya manusia memang sering melakukan hal tersebut bahkan diluar kesadaran mereka termasuk mereka yang menyebut dirinya sebagai orang kristen/orang percaya kepada Yesus. Manusia lebih sering menyesali setengah bagian yang kosong dari isi gelas daripada bersyukur atas setengah bagian lagi yang masih terisi. Kita sering memandang pencobaan yang terjadi bukan sebagai ujian, tetapi sebagai alasan untuk menyerah dan bersungut-sungut, bukan sebagai kesempatan untuk menjadi naik dan bertumbuh tetapi malahan sebagai dalih bahwa hidup telah menjadi sangat tidak adil bagi dirinya atau keluarganya. Sebagai contoh jika seseorang yang mengaku dirinya sebagai orang kristen lalu mengalami perilaku tidak menyenangkan dari pengendara lainnya di jalan atau hampir mengalami kecelakaan tetapi diluputkan, ia bukannya memuji Allah karena telah melepaskannya dari bahaya, malah memaki-maki karena membiarkan supir yang ceroboh berkeliaran di jalan oleh karena pikirannya negatif sehingga tidak pernah dapat melihat segala sesuatu yang terjadi (bahkan mungkin yang kelihatan terburuk sekalipun) dapat menjadi suatu berkat yang melimpah karena Tuhan yang Maha Kuasa dapat turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi orang-orang yang mengasihiNya dan menghormatiNya dalam segala situasi/keadaan. Dan apa yang dirancang jahat oleh si iblis, Tuhan dapat membalikkannya dengan seketika menjadi suatu berkat yang tidak terduga dan mencengangkan jika kita selalu taat untuk tetap berada dalam pihakNya.
Setan adalah penipu dan pembohong, hal ini sungguh dapat memberikan kelegaan kepada orang-orang kristen. Kita harus mengerti hal itu dengan benar sehingga hidup kita selalu dipenuhi dari kemenangan yang satu kepada kemenangan lainnya melalui Tuhan Yesus, karena kita memiliki harapan-harapan yang indah di dalam Tuhan setiap saat (Filipi 4:8).
Hidup yang Tuhan berikan ini bukanlah untuk dilalui di atas puing-puing keputusasaan, depresi, kesedihan yang mendalam dan terus menerus, perasaan yang nelangsa, kesepian dsb. tetapi di atas batu karang kemenangan melalui Kristus. Karena itu sungguh amat berbahaya dengan akibat yang amat fatal dalam kehidupan kekristenan kita jika membuat keputusan penting pada saat atau dalam suasana/situasi sekitarnya sedang dilanda depresi, keputusasaan, kemarahan atau godaan-godaan pikiran negatif lainnya yang sedang dilancarkan oleh iblis, sang penipu, saat itu. Sangatlah bijaksana apabila kita dapat menunggu hingga perspektif atau cara pandang kita menjadi jernih kembali setelah kita datang kepada Tuhan dan meminta tuntunan hikmatNya. Karena bisa saja saat itu kita akan membuat keputusan berdasarkan cara dunia memandang dan bukannya memegang janji-janji Allah yang dapat diandalkan sehingga pada akhirnya justru akan semakin memperburuk keadaan.
Sebagai contoh atas peringatan ini, kita akan mengikuti perjalanan ziarah di padang gurun, yang merupakan salah satu masa terpenting dalam sejarah Israel.