Panggilan yang kedua di dalam perumpamaan ini. Kita tidak saja didapati sedang berkerja, melainkan juga sedang berjaga-jaga. Dan inilah yang dimaksudkan oleh Tuhan kita. Kerja melibatkan suatu aktivitas. Berjaga-jaga melibatkan suatu sikap. Suatu sikap sangat mempengaruhi suatu aktivitas. Yang sebenarnya Yesus sampaikan adalah, “yang Aku inginkan agar engkau lakukan adalah agar setiap pagi engkau bangun dan berlari ke jendela dan menatap ke langit seraya berkata, "Ini mungkin hari kedatangan Tuhanku yang kedua kali. Karena bila hal itu benar, maka kehidupan saya hari ini akan dimotivasi oleh proses persiapan bagi kedatangan-Nya."
Hal ini pasti berpengaruh terhadap apa yang kita pikirkan sepanjang hari itu, apa yang kita putuskan untuk kita kerjakan untuk mengisi waktu, urgensi kita dalam menyikapi hal-hal yang rohani, dan tentu saja intensitas kita dalam hal untuk mengabarkan Injil. Kita sedang berdiri di bagian depan kapal, menatap ke kejauhan, berharap setiap saat bahwa kita akan melihat di garis cakrawala barisan malaikat, dan mendengar bunyi sangkakala itu.
Sikap apapun yang kurang dari antisipasi seperti itu berarti telah menolak tantangan Allah untuk "berjaga-jaga". Berjaga-jaga bukanlah suatu sikap mentalitas santai dan berkata, " Oh saya sudah memperhatikannya begitu sering, dan saya juga ragu kalau hari ini adalah saatnya." Jika "berjaga-jaga" adalah mottomu, engkau akan menetapkan bahwa engkau tidak akan menurunkan teropongmu karena engkau akan merasa bahwa bisa saja, walau hanya sekejap, saya telah melewatkan apa yang saya bisa lihat di ufuk timur itu.
Saudaraku yang terkasih, Yesus akan segera datang. Tugas kita adalah bersiap-sedia. Untuk bersiap-sedia, kita harus terus berjaga-jaga dan bekerja. Yesus menuturkan satu perumpamaan lain dalam Lukas pasal 12, yang juga dimaksudkan untuk menerangkan konsep ini lebih mendalam. 32 Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu.