2 Korintus 12:9
“Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.”
2 Korintus 12:10
“Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”
Dan menarik kesimpulan ini :
Efesus 6:10
“Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya.”
Sambil melihat ke belakang, penulis surat Ibrani membuat pengamatan ini tentang para pahlawan iman yang tertulis dalam kitab Ibrani 11 :
Ibrani 11:34
“(Mereka) memadamkan api yang dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan,
Saudara yang kekasih, Alkitab adalah satu buku yang utuh. Pesan-pesannya tidak pernah berubah. Manusia telah masuk dan mencampuri rencana Tuhan. Tuhan membuat rencana alternatif dalam hatiNya bahkan sebelum dasar dunia diletakkan dan itulah yang disebut “anugerah”. Anugerah membutuhkan satu hal supaya dapat bekerja yaitu supaya manusia menjadi sebuah citra yang mencerminkan kehendak penciptaNya. Jadi, ketika manusia mengijinkan Tuhan menjadi sumber, maka kuasa ini akan mengalir dan membuat manusia sukses, bersukacita dan mengalami damai sejahtera dalam kehidupannya. Tetapi ketika manusia menyimpang dari perannya sebagai penerima atau sebuah citra dari Sang Pencipta maka Tuhan akan membiarkan dia menjadi tuhan bagi dirinya sendiri sampai ia menjumpai kebuntuan dalam masalah mereka, lalu mereka memohon kepada Tuhan untuk menguatkannya kembali dalam penyerahan total. Setiap kali manusia memohon maka kasih Tuhan akan kembali mengambil alih dan manusia itu akan dipulihkan kembali.
Anugerah Tuhan ini didemonstrasikan pada bangsa Israel sebagai suatu bangsa, dan secara pribadi pada setiap orang yang dipakai Tuhan pada lembar-lembar sejarah untuk menunjukkan kemurahanNya. Tapi pada suatu titik, Tuhan mengetahui bahwa manusia harus melihat citra itu secara langsung dan Ia harus membayar harganya supaya citra itu dapat tinggal dalam diri umatNya dan tidak pernah lagi meninggalkan mereka.
Karenanya Tuhan turun ke dunia. Selama 33 tahun, Ia selalu melakukan hal-hal yang menyenangkan BapaNya. Apa yang dikatakan Bapa, Ia katakan. Apa yang dilakukan Bapa, Ia lakukan. Ia tidak pernah lebih dari citra BapaNya, penuh kemurahan dan kebenaran. Kebenaran tidak pernah berubah. Anugerah tidak pernah gagal. Lalu Ia mengalahkan maut dan kembali kepada Bapa-Nya, sekarang duduk di sebelah kananNya supaya kapanpun manusia gagal menjadi citra yang seharusnya, Ia menjadi perantara bagi kita. Bapa mengampuni kita, lalu kita dapat kembali menjadi agen anugerah kembali.
Kuncinya selalu “kelemahan”. Jadi selama manusia berpikir ia mampu maka ia tidak akan dapat menerima Roh Anugerah atau Roh Kasih Karunia itu. Jika kita memiliki satu ons kesombongan rohani maka kita akan menghambat aliran RohNya dan menolak untuk memberi Dia kesempatan untuk memberikan anugerah yang lebih besar lagi. Seperti yang dikatakan Paulus, proses hidup kekristenan kita termasuk menikmati apa yang disebut kelemahan, perasaan malu, tekanan, penganiayaan, dan keadaan kritis. Jika dipikirkan memang benar-benar sekumpulan hal yang aneh tetapi untuk dirayakan. Lihatlah arti dari kelima kata-kata ini :
1. Kelemahan = astheneia [as – then’ – I – ah]
Kata ini terjemahan bebasnya adalah “kelemahan secara fisik yang disebabkan penyakit atau cacat tubuh”. Kita rela menghabiskan banyak uang, waktu, bahkan menaikkan doa-doa khusus supaya hal-hal ini tidak menimpa kita. Intinya kesehatanlah yang membuat kegiatan sehari-hari menjadi sulit dilakukan. Tetapi Rasul Paulus berkata, “Itu bagus karena ketika aku lemah maka Ia akan kuat di dalamku.”