Monday, August 22, 2011

Firman-Ku Akan Terukir Dalam Hatimu - Bagian 1

Ada pemandangan yang menarik untuk diamati, dua anak kecil sedang bermain di pantai. Susie cilik sedang menulis surat untuk ibunya dengan tongkat di pasir. Dia menghias suratnya dengan daun, lalu membingkainya dengan ranting dan batu. Suratnya berbunyi aku mengasihimu mama, terima kasih sudah membawa kami ke pantai untuk bermain.
Kakaknya Billy tampaknya mengalami hambatan dalam menyelesaikan suratnya. Dia memakai karang, batang besi bekas dan palu dari kotak peralatan ayahnya di mobil. Billy tampaknya berusaha memahat pesannya di batu karang besar yang terdapat di pantai. Ketika Susie menyelesaikan sebuah maha karya, pekerjaan Billy tidak berbentuk sama sekali.
Susie tidak dapat menahan tawanya seraya berkata, “Kamu lambat sekali!” tawanya, “Mungkin suratmu baru selesai minggu depan!” Sambil berkata begitu, dia terjun ke air dan menghabiskan waktu siangnya berenang di pantai. Billy tidak berenang sama sekali. Dia hanya berdiri di situ dan memahat, sesenti demi sesenti, memahat pesan cinta. Butuh lima jam untuk menyelesaikan sebuah kalimat.
Pada waktu makan malam, kedua anak itu berlari dan bercerita pada orang tua mereka tentang kejutan yang sudah mereka siapkan yang akan mereka tunjukkan keesokan harinya. Mereka lalu naik ke tempat tidur, tetapi susah sekali tidur karena terlalu bersemangat membayangkan komentar ayah dan ibu keesokan harinya. Pagi harinya, sebelum sarapan, Billy dan Susie menarik tangan orang tuanya, mengajak mereka berlari ke pantai yang berpasir.
Susie terkejut sekali, karena master piecenya rusak terkena air pasang. Karya seninya yang indah, unik dan cepat selesai itu lenyap terkena pasang. Dia memilih cara yang mudah, tetapi karyanya hanya menarik ketika masih ada.
Tetapi ketika ombak besar menghempas di pantai, suratnya terhapus ombak. Billylah yang tertawa paling akhir. Tidak jauh dari situ, pada sebuah batu karang yang besar, terpahat tulisan ini: Mama dan papa, aku mengasihimu. Billy. Ombak juga berhempas atas batu itu. Tetapi ombak yang menghancurkan tulisan pasir Susie, akhirnya malah membersihkan kotoran dari pahatan Billy, dan membuat karang itu tampak lebih baik.
Orang tua Billy dan Susie sangat senang dengan usaha anak-anaknya. Mereka memakai kesempatan ini untuk mengajar anak-anak mereka. Mereka memangku Billy dan Susie lalu bercerita tentang perumpamaan rumah yang dibangun diatas pasir dan tentang memahat Firman Allah di hati.
“Kamu dapat mendengar Firman, membacanya bahkan mempelajarinya,” kata ayah, “tetapi ketika gelombang hidup datang, sering kali Firman itu tidak memiliki kuasa atas hidupmu. Tetapi jika kamu memahatnya di hatimu seperti memahatnya di atas loh batu... seperti yang dilakukan Billy pada suratnya, Firman itu akan selalu ada ketika gelombang hidup datang. Butuh waktu lebih lama untuk memahat Firman. Dan dunia di sekeliling kita mungkin akan heran mengapa kita menghabiskan banyak waktu untuk menghapalkan sesuatu yang dapat kita ambil dan baca kapan saja. Mereka tidak akan mengerti mengapa kita perlu menyisihkan waktu merenungkan Firman berulang kali sampai terukir di dalam hati. Tetapi suatu hari ketika pasang kehidupan datang, kita akan aman, seperti batu karang.”
Susie dan Billy tidak pernah melupakan pelajaran ini. Bahkan, setiap musim panas selama lima tahun selanjutnya, keluarga itu selalu berlibur di tempat yang sama. Dan setiap musim panas, saat mereka keluar dari mobil, mereka akan langsung berlari ke karang itu untuk melihat apakah pesan si Billy masih ada. Tahun demi tahun ketika mereka datang, kata-kata itu masih terukir di permukaan karang itu. Kedua anak itu mempelajari sebuah pelajaran penting ketika mereka masih sangat muda. Pelajaran yang belum diterima oleh sebagian dari kita. Konsekuensi tidak mengetahui pelajaran ini adalah harapan dan impian yang kandas ketika gelombang hidup datang menghancurkan dasar yang kita kira kuat.
Mari kita lanjutkan pelajaran kita tentang apa yang dikatakan Tuhan tentang hal ini. Kita telah belajar tentang kata pengantar Firman, sikap yang diharapkan Tuhan dari kita ketika kita membaca Alkitab, (Dia berharap kita bergetar karena bergairah). Kita telah melihat tentang mengejar Firman, (Tuhan berharap kita memandangnya lebih dari makanan pokok kita), dan akhirnya menjadi rekan Tuhan dalam Firman, (Bagaimana Dia memakai “penderitaan” untuk membuat kita tergantung dan mencari Firman). Sekarang kita tiba di tempat Firman itu (Bagaimana mendapatkannya dalam hidup kita supaya menghasilkan buah yang tetap).
Tujuan dari Firman Tuhan bukan hanya sekedar pendidikan, walaupun pendidikan itu penting. Seperti yang sudah kita bicarakan sebelumnya, dalam Firman perlu ada pewahyuan, penjelasan, pencerahan, dan akhirnya penyederhanaan. Seluruh tujuan pengajaran Tuhan dari Firman-Nya, seperti yang kita temukan dalam Khotbah di Bukit, adalah Tuhan yang Kekal mengambil keabsolutan karakternya dan membuatnya sederhana, jadi yang menjadi persoalannya pada akhirnya adalah apakah kita mau taat atau tidak. Inilah pelajaran Alkitab yang sejati. Ketika kita melihat pelajaran kita hari ini, kita akan mengetahui bahwa banyak dari bacaan kita, pelajaran kita, dan pendengaran akan Firman Tuhan termasuk kategori surat Susie di pasir. Tidak butuh kerja keras untuk menghasilkannya dan tidak akan tersisa ketika ombak kehidupan menerjang.
Kuncinya adalah: Firman harus tinggal tetap. Firman harus ditaruh di tempat yang aman dan mudah dijangkau. Pemazmur sadar akan hal ini. Dia membuat prinsip ini sebagai bagian yang integral dalam penjelasannya tentang apa itu Firman Tuhan dan apa yang dilakukanNya.
Cara menyimpannya berhubungan dengan kata ini; kata yang sering disalahgunakan dan jarang dipatuhi. Kata itu adalah meditasi. Ini adalah kunci penting dalam transformasi yang dilakukan Roh Kudus atas Firman dalam hidup kita, tetapi banyak orang Kristen yang tidak dapat menjelaskannya, tidak mengerti tentang hal ini, dan jarang mempraktekkannya.
Tetapi inilah yang dilakukan oleh Pemazmur. Dengarkan saja pernyataannya.
Mazmur 119: 23 hamba-Mu ini merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu.
Mazmur 119: 48 aku hendak merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu.
Mazmur 119: 78 aku akan merenungkan titah-titah-Mu.
Mazmur 119: 97 Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari.
Mazmur 119: 99 peringatan-peringatan-Mu kurenungkan.
Kata merenungkan dalam ayat-ayat ini dalam bahasa aslinya sebenarnya adalah meditasi. Prinsip ini, seperti yang akan kita lihat, secara literal mendominasi keseluruhan Mazmur 119. Jadi kita mesti mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang meditasi.
1. Apakah meditasi itu?
2. Apakah yang dihasilkan melalui meditasi?
3. Kapan kita bermeditasi?
4. Bagaimana cara meditasi?

Sebenarnya, penyalahgunaan istilah meditasi di kehidupan modern telah membuat orang percaya takut untuk mencari dengan tulus hati apa perintah Firman Tuhan tentang prinsip ini supaya kita praktekkan. Kita perlu mempelajarinya dengan teliti dan jika itu sepenting yang dikatakan Pemazmur dan bagian Alkitab lainnya, seluruh hidup kita akan dipengaruhi oleh respons kitaterhadap hal ini.
Apakah “meditasi” itu? Apakah yang dilakukan Pemazmur yang membuat dia bergairah? Dua kata Ibrani dipakai untuk menjelaskan kegiatan ini. Keduanya diterjemahkan sebagai “bermeditasi” atau “meditasi”. Kata-kata ini dalam kamus bahasa Ibrani “meditasi” berarti memikirkan dengan serius untuk dilaksanakan, merefleksikan, menjadikannya sebagai pengalaman pribadi, mengulang kembali, mengunyah kembali dan mencerna sebagai makanan.
Kamus mendefinisikan meditasi sebagai berikut: memikirkannya sebagai sesuatu untuk dilakukan merefleksi atau memikirkan secara mendalam memikirkan kembali.
Sekarang banyak diantara kita sering ber”meditasi”. Meditasi dapat merusak dan berbahaya jika dilakukan selain dalam konteks meditasi Firman Tuhan. Beberapa kunci yang perlu diingat ketika kita sedang bermeditasi adalah:
1. Meditasi harus berhubungan dengan sesuatu yang engkau ketahui.
2. Meditasi adalah berpikir dengan serius tentang apa yang engkau ketahui.
3. Meditasi adalah membuat apa yang engkau ketahui lalu menjadi pengalaman pribadi.
4. Meditasi juga merencanakan suatu aksi berdasarkan pada apa yang telah engkau ketahui.
5. Meditasi tidak berbeda dengan sapi yang sedang memamah biak makanannya, yaitu proses untuk memikirkan kembali apa yang sudah ada dalam pikiranmu, memikirkannya berulang-ulang sampai hal itu memberimu kekuatan atau memenuhi kebutuhanmu.
Kesimpulan ini disusun berdasarkan pada definisi yang telah kita baca. Jadi singkatnya, meditasi adalah merefleksikan, menjadikan Firman sebagai pengalaman pribadi, memikirkan kembali dan menelaah kembali Firman yang sudah kita ketahui dengan niat untuk merealisasikannya atau melaksanakannya.
Ada tiga masalah pokok yang timbul jika berbicara tentang Alkitab:
1. Bagaimana cara kita mengetahuinya?
2. Bagaimana cara kita merefleksikannya, menjadikannya pengalaman pribadi, dan memikirkannya kembali?
3. Seberapa pentingkah prakteknya?
Ada tiga atau empat kunci ayat dalam Alkitab yang menjelaskan tentang meditasi dan menjelaskannya jauh lebih baik dari kamus manapun. Ingat: jika engkau sungguh-sungguh ingin mengerti Firman Tuhan, sebelum engkau membaca komentar atau membeli buku, bandingkan Alkitab dengan Alkitab lebih dahulu.
Marilah kita melihat Ulangan 6, Ulangan 11, Mazmur 1, dan Yosua 1 bersama-sama dengan Mazmur 119. Ketika kita melakukannya, mari kita meminta pada Tuhan supaya “membuka mata kita sehingga kita dapat melihat Pribadi Tuhan melalui Firman-Nya” marilah minta padaNya untuk “mengajar kita”, memberi kita pewahyuan, penjelasan, penerangan, dan penyederhanaan, sehingga kita tidak hanya memperoleh pengetahuan teologis, tetapi lebih dari itu memperoleh pengertian, sehingga ketika kita melaksanakannya kita memperoleh kebijaksanaan.
Bapa di surga, bukalah mata kami akan kedalaman kebenaran FirmanMu tentang meditasi. Berikanlah kepada kami pencerahan, beri kami penjelasan, dan jadikanlah FirmanMu sederhana, supaya pilihan yang kami miliki hanya taat atau tidak. Lalu Bapa, berilah kami karunia untuk melakukan apa yang Engkau inginkan. Dalam nama Yesus, kami berdoa, Amin.
Kebenaran Pertama, meditasi adalah perintah
Yosua 1:8-9 berkata,
7 Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke manapun engkau pergi.
8 Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.
9 Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi."
Engkau akan melihat benang merah pada seluruh ayat ini. Ayat-ayat ini berbicara tentang tujuan meditasi. Kita akan membicarakan hal ini secara lebih mendalam dalam pelajaran berikut. Tujuan meditasi hanya satu: supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya. Ini tidak berakhir sampai di sini. Engkau tidak bermeditasi supaya engkau merasa lebih baik, walaupun meditasi akan membuatmu merasa lebih baik. Engkau tidak bermeditasi agar lebih peka dengan hadirat Tuhan, walaupun meditasi memang akan membuatmu lebih peka dengan hadirat Tuhan. Engkau tidak bermeditasi supaya engkau memiliki pengetahuan Alkitab, walaupun engkau akan memiliki pengetahuan Alkitab lewat meditasi. Tetapi, engkau bermeditasi untuk satu tujuan pokok. Engkau harus memasukkan Firman itu dalam hatimu, supaya engkau dapat mengingatnya, merefleksikannya, menjadikannya sebagai suatu pengalaman pribadi, merenungkannya kembali, sampai Firman itu menjadi bagian hidupmu dan menjadi kekuatan Tuhan yang akan membuat engkau melakukannya.
Kebenaran kedua adalah supaya dapat menjadi bagian dari hidupmu maka engkau harus menghafalkannya. Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini. Engkau tidak dapat bermeditasi atas sesuatu yang tidak engkau ketahui. Ingat? Ini adalah peraturan pokok dari meditasi. Merefleksikan, menjadikannya pengalaman pribadi, dan merenungkan kembali sesuatu yang engkau ketahui supaya dapat dilakukan.
Kebenaran ketiga adalah meditasi tidak akan berguna jika tidak dilakukan secara teratur, terus menerus dan dengan iman, “Siang dan malam.” Mari kita lihat tentang hal ini pada ayat berikutnya.
Ayat berikut adalah Ulangan 6:4-9, di sini kita membaca penjelasan dari apa yang diharapkan Allah dari anak-anak-Nya, begitu mereka memperoleh Firman- Nya dari loh batu.
Ulangan 6:1-9
1"Inilah perintah, yakni ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan kepadamu atas perintah TUHAN, Allahmu, untuk dilakukan di negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya,
2 supaya seumur hidupmu engkau dan anak cucumu takut akan TUHAN, Allahmu, dan berpegang pada segala ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu, dan supaya lanjut umurmu.
3 Maka dengarlah, hai orang Israel! Lakukanlah itu dengan setia, supaya baik keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak, seperti yang dijanjikan TUHAN, Allah nenek moyangmu, kepadamu di suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.
4 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!
5 Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.
6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,
7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
8 Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,
9 dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.
Engkau dapat melihat melalui ayat Firman Tuhan tersebut diatas, semua elemen meditasi dijelaskan, diberi pencerahan, dan disederhanakan dalam satu ayat ini. Jika engkau ingin sukses secara rohani, dan tinggal dalam tanah perjanjian dengan kemakmuran spiritual maka engkau mesti menaruh Firman Tuhan di dalam hatimu. Alkitab versi NAS jika diterjemahkan berkata:“Dan Firman-Ku yang Kuperintahkan padamu pada hari ini, harus ada di atas hatimu.”
“Terukir di hatimu” adalah terjemahan yang lebih baik. Inilah makna yang tersirat. Engkau mesti mengukirnya di dalam hatimu. Engkau harus menghafalkannya. Saya sudah membaca ayat-ayat ini berulang kali, dan saya tidak dapat menjelaskannya dengan cara lain. Percayalah pada saya, saya sudah mempraktekkannya. Menghafalkan ayat Alkitab bukan sesuatu yang harus engkau lakukan hanya karena sekelompok orang Kristen mengatakan bahwa engkau harus melakukannya. Ini bukanlah sesuatu yang kita akan perintahkan supaya anak-anak kita melakukannya ketika mereka masih muda saja. Tetapi ini adalah tugas seumur hidup untuk setiap anak Tuhan yang sudah lahir baru yang ingin memiliki tanah perjanjian yang sudah diberikan Tuhan. Setiap anak Tuhan  mesti mengukir Firman itu di hatinya supaya Firman itu ada dalam hati mereka ketika mereka membutuhkannya.
Kita akan berbicara lebih banyak di pelajaran berikutnya tentang bagaimana cara praktis untuk menghafalkan Firman. Untuk saat ini ingatlah, ini adalah sebuah pemberian. Jika engkau ingin berjalan bersama dengan Tuhan seperti yang Dia inginkan maka engkau harus belajar untuk bermeditasi siang dan malam. Dan jika engkau ingin bermeditasi, itu artinya engkau mesti menghafal.
Engkau tidak akan membuka Alkitab, mencari ayat secara sembarang kemudian berpendapat ini ayat yang diinginkan Tuhan supaya direfleksikan dan dijadikan pengalaman pribadi. Tetapi Firman itu harus ada dalam hatimu. Engkau  tidak akan mengambil konkordansi dan berusaha mencari secara acak ayat sebagai yang dikirim Tuhan untuk didoakan secara khusus. Firman itu harus ada dalam hatimu.
Engkau  tidak dapat menyuruh kasir di toko yang telah berlaku kasar kepadamu untuk menunggumu agar engkau dapat mengambil Alkitab di mobilmu untuk mencari dan menemukan ayat tentang berilah juga pipi kirimu, untuk engkau dapat menjadikannya sebagai pengalaman pribadi. Firman itu harus ada dalam hatimu.
Engkau tidak akan mempunyai kesempatan untuk berlari ke toko buku dan membeli Alkitab lalu mencari ayat tentang menolak godaan si setan setiap kali iblis berusaha menjeratmu. Firman itu harus ada dalam hatimu.
Saudara, engkau tidak dapat menunggu sampai membutuhkannya lalu baru membacanya, sebagaimana engkau tidak akan membiarkan tangki bensin mobilmu sampai kosong, dan baru akan mengisinya kembali hanya jika engkau ingin memakai mobil seperti ketika bayimu sakit, atau orang yang engkau kasihi minta supaya engkau menjemputnya. Tetapi bensin di tangki mobilmu ternyata kosong. Bensinnya sudah harus ada di mobil.
Bensin yang dipakai Roh Kudus untuk menjalankan mesin kehidupanmu adalah Firman Tuhan yang ditanam di dalam hatimu dengan cara menghafalnya, perenungan kembali dan meditasi. Engkau tidak melakukan itu supaya engkau mendapat penghargaan dalam komunitas Kristen. Engkau bahkan tidak harus melakukannya agar dapat memulai sebuah pelayanan. Tetapi engkau harus melakukannya jika engkau sungguh-sungguh ingin memiliki tanah perjanjian yang telah dijanjikan dan diberikan Tuhan kepadamu.
Ulangan 11:18-21menyatakan kebenaran ini berulang kali:
18 Tetapi kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu.
19 Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun;
20 engkau harus menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu,
21 supaya panjang umurmu dan umur anak-anakmu di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu untuk memberikannya kepada mereka, selama ada langit di atas bumi.
Coba engkau bayangkan! Lambang di dahimu: Firman Tuhan. Tertulis di ambang pintu rumahmu: Firman Tuhan. Ketika engkau sedang dalam waktu senggangmu di rumah, apakah yang engkau pikirkan, bicarakan, dan meditasikan? Firman Tuhan.
Jika engkau “melewati suatu jalan” (melakukannya secara rutin setiap hari) apa yang harus engkau pikirkan saat itu? Firman Tuhan. Ketika engkau akan berbaring di malam hari, apakah yang akan menjadi pikiran terakhirmu sebelum tertidur? Firman Tuhan. Ketika engkau terbangun pada pagi hari, apa yang seharusnya muncul di pikiranmu? Firman Tuhan.
Ketika masalah datang, engkau harus mengambil Firman. Ketika godaan muncul, engkau harus mengambil Firman. Ketika keputusan mesti dibuat, engkau harus mengambil Firman. Ketika engkau merasa penat, engkau mengambil Firman. Ketika engkau dicela, dianiaya dan ingin membalas dendam, engkau harus mengambil Firman. Ketika pasangan hidupmu, atau orang yang engkau kasihi menjadi sulit untuk dikasihi dan engkau tidak tahu harus bereaksi bagaimana, engkau mengambil Firman. Ketika engkau sedang berduka, engkau harus mengambil Firman. Ketika engkau sedang merasa bahagia, engkau juga harus mengambil Firman. Ketika engkau berdoa, engkau mengambil Firman. Ketika engkau memuji dan menyembah, engkau mengambil Firman. Sedang sebagai saksi, engkau juga mengambil Firman - ke bagian 2