Monday, May 16, 2011

Berjaga-jagalah! – Apa Yang Terjadi Jika Engkau Tidak Siap Menyambut KedatanganNya? - Bag. I

Seorang ayah yang setengah penyabar sedang mencoba untuk mengajar Brad, anak laki-lakinya yang benar-benar tidak sabaran tentang bagaimana cara menantikan Tuhan. Si anak sangat menginginkan sebuah jam tangan baru. Dia telah kehilangan jam kepunyaannya karena kecerobohannya saat berlatih bola setelah waktu sekolah. Si ayah menjelaskan bagaimana tindakan menanti (menunggu) adalah suatu hal yang akan menjadikan sesuatu menjadi istimewa.
Namun, si anak menjawab bahwa keterlambatan yang dikarenakan tidak adanya jam tangan membuat keadaan menjadi lebih buruk. Setiap kali topik pembicaran ini muncul, suasana menjadi sedikit lebih tegang, dan si ayah tidak mau menyerah. Sampai pada suatu titik di mana setiap kali terjadi percakapan antara sang ayah dan si anak, si anak akan selalu mengatakan sesuatu mengenai sebuah "jam tangan".
Suatu hari, dalam keputus-asaannya, si ayah yang sudah begitu jengkel itu menyuruh anaknya untuk mencari di dalam Alkitab, prinsip-prinsip dan janji-janji yang bisa membantunya untuk memahami apa yang sebenarnya dilakukan Tuhan dan bagaimana cara untuk mendekati Tuhan dengan benar untuk mendapatkan suatu solusi. Pagi berikutnya, seluruh keluarga itu berkumpul untuk melakukan saat teduh, dan si ayah memutuskan untuk membiarkan setiap orang untuk berbagi ayat-ayat yang telah Tuhan tempatkan di dalam hati mereka masing-masing. Si ayah memulai, "Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu". (Ibrani 10:36)
Berikutnya adalah giliran Brad. Tanpa ragu sedikitpun dia mengutip Markus 13:37: "Apa yang Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah!" - versi KJV: "And what I say unto you I say unto all, Watch." (Brad mengambil kata "watch" karena kata ini juga memiliki arti "jam tangan"). Brad mungkin meleset dari makna ayat ini, tetapi bagaimanapun juga kita harus memberikan pujian bagi kreatifitasnya. 

Berjaga-jagalah.
Kata yang luar biasa. Bagi anak ini, kata "watch" berarti jam tangan dengan 21 batu hiasan. Bagi para murid Yesus, kata ini berarti suatu suasana (atmosfir) penantian. Apa makna kata ini bagimu? Jawabanmu untuk pertanyaan ini mungkin sangat menentukan perasaan antusias dirimu seiring jarum jam sejarah yang terus berdetak mendekati akhir zaman. Berjaga-jaga? Sungguh, berjaga-jagalah.
Yesus sangat menginginkan agar orang-orang yang mengikuti-Nya menangkap sekilas pandangan akan akhir zaman. IA menginginkan mereka untuk tetap berada dalam atmosfir pengharapan yang demikian sehingga mereka akan benar-benar menjalani hidup mereka di bumi ini dengan berjinjit untuk melihat dengan sukacita kepada masa kekekalan. Yesus ingin agar kehidupan kita saat ini dijalani di dalam terang kehidupan yang akan datang. Ia ingin prioritas-prioritas dan sasaran-sasaran kita ditetapkan tanpa kompromi, karena mengetahui bahwa hanya harta surgawilah yang akan kekal.
Tetapi bahkan dalam tiga tahun yang begitu menakjubkan ketika Yesus berjalan di bumi ini dalam pelayanan, konsep ini sulit diterima oleh para muridNya. Kerajaan dunia ini bisa mereka rasakan, jamah, dan pengaruhi. Kerajaan yang akan datang tampak begitu jauh, tidak nyata dan sepertinya hanya merupakan imajinasi dan khayalan. Kerajaan dunia ini menuntut kerja dan keringat. Tetapi kerajaan yang akan datang
itu menuntut iman. Kerajaan dunia ini memberikan kepuasan, pengakuan dan imbalan dengan cepat dan segera akan hasil kerja keras dan keringat kita. Sedangkan Kerajaan yang akan datang hanya menjanjikan mahkota kebenaran, mahkota kehidupan, mahkota kemuliaan. Mahkota-mahkota ini bukanlah barang yang dapat dilihat di TV atau dijangkau dan dijamah. Ini memang sesuatu yang sulit untuk dipahami. Kesediaan untuk menantikan masa kekekalan tampaknya juga menuntut penantian yang terasa kekal juga, dan kebanyakan pria maupun wanita tampaknya tidak menginginkan hal-hal semacam ini. Seperti si Brad, mereka menginginkan apa yang mereka inginkan saat ini juga dan mereka membutuhkannya sekarang juga, atau paling tidak dapat mereka lihat bahwa mereka akan mendapatkannya.
Karena sesungguhnya seluruh keputusan dasar dalam kehidupan kita itu dibuat, baik secara sadar maupun tidak, berdasarkan konsep-konsep kita mengenai kedatangan Kristus kedua kali, maka Yesus memberikan banyak waktu untuk mencoba mengkomunikasikan hal ini dengan cara-cara yang bisa dipahami pengikut-pengikut-Nya. Ia sering menyampaikannya dalam bentuk cerita, menuturkan perumpamaan-perumpamaan yang pada permukaannya, terlihat sebagai dongeng mengenai hamba-hamba dan seorang tuan, yang memerintahkan para hambanya untuk bertanggung jawab. Kemudian Yesus akan memberikan batasan pada cerita itu, dan lihatlah: Ia berbicara tentang akhir zaman dan kedatanganNya kembali. Tetapi lebih daripada sekedar memberikan kepada kita harapan dan pengajaran-pengajaran, Yesus tengah mencoba untuk mengkomunikasikan bagaimana seharusnya sikap kita pada saat kita melihat awan-awan kekekalan melayang di atas kepala kita, dan saat kita mendengar angin-angin nubuatan bertiup dengan kuat di langit. Kita seharusnya berjaga-jaga dan menunggu dan menyembah.
Kita akan melihat dua perumpamaan mengenai hal ini dalam pelajaran kali ini, seiring kita menelaah sampai selesai cerita-ceriita tersebut, yang Yesus sampaikan ketika Ia berada di dalam dunia ini.
Di dalam Markus pasal 13, Yesus berbicara tentang akhir zaman. Di dalam ayat 31 Ia mengeluarkan pernyataan yang mencengangkan:
Markus 13:31, “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.”
Pernyataan ini sekali lagi membuat pemisahan antara dua kerajaan. Kerajaan dunia ini dimana kita menginvestasikan sebagian besar waktu kita, sebagian besar uang kita, dan sebagian besar pengaruh kita, akan semakin berkurang dalam arti kepentingannya dan keberadaannya. Kerajaan dunia ini akan lenyap. Kita telah melihat berita-berita di TV mengenai serangan yang dilakukan teroris, di mana gedung-gedung dihancurkan dalam sekejap dengan bom, dan kita melihat sisa-sisa reruntuhannya. Yesus berkata bahwa dalam sekejap, seluruh dunia yang kita kenal ini, akan meledak dan terbakar seperti gedung-gedung itu. Di sisi lainnya, Firman Allah dan semua yang dihasilkannya tidak akan hilang satu kata pun. Firman Allah akan bertahan dan kekal selama-lamanya. Jadi buatlah pilihan-pilihanmu, dengan kedua alternatif di atas dalam benakmu. Dunia ini akan musnah. Firman Allah akan terus ada. Semua produk yang tampaknya dibuat dengan daya tahan yang lamapun, pada akhirnya akan habis juga. Firman Allah tidak akan habis. Yesus meneruskan:
32 Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja."
33 "Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba.
34 Dan halnya sama seperti seorang yang bepergian, yang meninggalkan rumahnyadan menyerahkan tanggung jawab kepada hamba-hambanya, masing-masing dengan tugasnya, dan memerintahkan penunggu pintu supaya berjaga-jaga.
35 Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamanakah tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta,
36 supaya kalau ia tiba-tiba datang jangan kamu didapatinya sedang tidur.
37 Apa yang Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua orang: berjagajagalah!"

Inilah firman Tuhan dengan segala keagungannya. Berjaga-jagalah dan berdoalah (versi KJV untuk ayat 33 berbunyi: Take ye heed, watch and pray: for ye know not when the time is - Oleh karena itu berjaga-jagalah. Apa yang Kukatakan kepadamu, Kukatakan kepada semua orang. "Berjaga-jagalah".)
Di dalam terang fakta yang mengejutkan ini, Yesus memberikan perintah kepada kita untuk bersiap, dan Ia meringkaskannya bagi kita di dalam satu kata, "berjagalah". Apa makna kata ini?
Paling tidak ada empat kata utama di dalam bahasa Ibrani yang dipergunakan di dalam Perjanjian Lama, dan paling sedikit tiga kata bahasa Yunani di dalam Perjanjian Baru yang diterjemahkan menjadi "berjagalah" (Inggris= watch). Jika engkau menjelajahi Alkitab, dengan mempergunakan konkordansimu, engkau akan melihat bahwa kata ini dipergunakan sebanyak 59 kali (Hitungan ini bisa bervariasi. Versi Alkitab elektronik mencatat kata "watch" dipergunakan sebanyak 57 kali di dalam KJV, sedangkan untuk versi LAI variasi kata "berjaga" sebanyak 37 kali). Berikut adalah sejumlah cara penggunaannya:
1. Kata ini dipergunakan dalam arti pengawasan yang bersifat melindungi
Kejadian 31-49, “Sebab katanya: "TUHAN kiranya berjaga-jaga antara aku dan engkau, apabila kita berjauhan.
Dengan perkataan lain, "Semoga Allah menjaga (watch) kita sewaktu kita terpisah."
2. Kata ini dipergunakan dalam kurun waktu
Keluaran 14:24 Dan pada waktu (jaga pagi - morning watch), TUHAN yang di dalam tiang api dan awan itu memandang kepada tentara orang Mesir, lalu dikacaukanNya tentara orang Mesir itu. Matius 14:25 Kira-kira (jam tiga malam - the fourth watch) datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air.
3. Kata ini dipergunakan dalam arti menjaga atau melindungi dari musuh 
Ayub 7:12, "Apakah aku ini laut atau naga, sehingga Engkau menempatkan (penjaga – a watch) terhadap aku?"
4. Kata ini dipergunakan dalam arti berhati-hati
Ezra 8:29, ”Rawatlah dan jagalah itu sampai kamu dapat menimbangnya di depan para pemuka imam serta orang-orang Lewi dan para pemimpin kaum keluarga orang Israel di Yerusalem, di dalam bilik-bilik rumah TUHAN."
Markus 14:38, ”Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah."
5. Kata dipergunakan untuk mendeskripsikan apa yang kita ketahui (kenal) mengenai seseorang
Ayub 14:16, “Sungguhpun Engkau menghitung langkahku, Engkau tidak akan (memperhatikan - watch) dosaku.”
6. Kata ini dipergunakan dalam arti menunggu seseorang atau sesuatu
Mazmur 130:6, “Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal (mengharapkan pagi - watch for the morning), lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi.”
7. Kata ini dipergunakan di dalam perumpamaan yang baru saja kita baca dan di banyak pasal lainnya untuk mendeskripsikan keadaan siap sedia
Matius 24:42, “Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.”
Markus 13:33, "Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba.”
Markus 13:37, “Apa yang Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah!"
Wahyu 3:3, “Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjagajaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.”
Kata ini mengandung banyak makna, tetapi semuanya menunjuk kepada satu sikap terhadap waktu dan terhadap apa yang terjadi di dalam satu kurun waktu. Ketika Yesus mulai menuturkan perumpamaan ini, jelaslah bahwa kata ini akan menjadi kata kunci di dalam kisah tersebut, dan kata ini dimaksudkan untuk menjadi batu penjuru dari gereja, dan bahkan semakin intens seiring berlalunya waktu, karena walaupun tidak seorang pun tahu hari dan jamnya, kita tahu bahwa Ia pasti datang kembali, dan jika demikian, setiap hari akan membawa kita semakin dekat dengan hari kedatangan tersebut. Oleh karena itu, setiap hari kita menunggu, dan cara kita menunggu menjadi semakin penting. Mari kita perhatikan apa yang disampaikan Yesus di dalam kisah yang pendek tetapi begitu penting ini. Tidak seorang pun yang mengetahui waktu yang tepat mengenai kedatanganNya kembali. Tidak ada manusia yang tahu. Tidak ada malaikat yang tahu, hanya Bapa yang mengetahuinya. Karena hal inilah Yesus mengatakan, “Berhati-hatilah”! Dengan perkataan lain, "Bangunlah dan perhatikanlah; tidak akan ada telpon dari sorga yang mengatakan "seminggu lagi setelah hari Jum'at, pada jam 3 sore, Yesus akan datang kembali." Kelompok0kelompok yang membuat pernyataan seperti ini telah menyalahi kebenaran Alkitab. Tidak ada seorang pun yang tahu, selain Allah sendiri. Oleh karenanya, perhatikanlah. Berjaga-jagalah dan berdoalah. Terjemahan harafiah dari bahasa Yunaninya adalah: "berikan perhatian yang ketat, berhati-hatilah agar jangan sampai dikarenakan kekendoran dan kemalasanmu suatu malapetaka yang dasyat menghantammu secara tiba-tiba."
Gambarannya adalah seperti seorang pelaut yang sedang berdiri di bagian depan kapal, melihat ke kejauhan dengan teleskopnya, mengamati badai yang mengancam seiring awan-awan pekat yang datang dengan kecepatan bagaikan topan ke arahnya. Setiap detik begitu penting. Badai itu mungkin saja membelok sebelum mencapai kapal itu. Mungkin juga kekuatannya akan berkurang. Tetapi tetap saja ada kemungkinan bahwa badai itu akan terus menyapu ke depan dan akan menyebabkan bencana jika itu terjadi. Tugas pelaut itu bukanlah merangkak ke bawah dan tidur. Tidak ada waktu untuk tidur. Badai itu mungkin tiba. Tugasnya adalah...berjaga-jaga!
Atau mungkin seperti seorang prajurit yang bertugas menjaga di luar perkemahan. Dia diberitahu bahwa musuh sempat terlihat di seberang garis pertahanan. Apakah musuh akan datang? Apakah mereka akan menyerbu malam ini? Tidak ada yang tahu. Tugas prajurit ini adalah tidak melonggarkan kesiagaannya barang sedetikpun. Sampai masa tugasnya selesai, dia memiliki satu tugas dan satu tugas saja...berjaga-jaga!
Atau mungkin seorang suami, seorang istri, atau orang tua yang tengah menantikan seseorang yang dikasihinya akan datang. Kedatangan pesawat tiba-tiba ditangguhkan karena sesuatu hal. Tidak ada pemberitahuan yang pasti kapan ia akan tiba. Mungkin malam ini, mungkin besok. Tetapi yang mereka tahu bahwa ia pasti akan datang. Mereka tidak henti-hentinya mencari tahu dan berharap, dan menunggu. Mereka mungkin akan melakukannya bergiliran, tetapi sampai orang yang mereka kasihi itu tiba, mereka akan terus berjaga-jaga!
Yesus mendeskripsikan Kerajaan Surga seperti yang sudah sering dilakukan-Nya, dengan mempergunakan ilustrasi tuan dan hamba. Tidak ada gambaran lain yang lebih tepat untuk menunjukkan hubungan antara Tuhan dan manusia selain daripada gambaran ini, meskipun gambaran ini tidak disukai banyak orang. Yesus berbicara tentang seorang tuan yang akann melakukan perjalanan yang jauh. Perjalanan itu adalah kembalinya Yesus kepada Bapa setelah kenaikanNya. Ia memberikan kuasa kepada mereka yang ditinggalkanNya. Ia berkata, "KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Kemudian Ia terangkat. Dan Ia meninggalkan gereja ke dalam tangan sejumlah hamba yang masih lemah dan bahkan minim latihan. Ia memberikan perintah kepada kita untuk bekerja dan untuk berjaga-jaga. Dan kemudian Ia memberikan kepada kita alasan mengapa kita harus terus berjaga di bagian depan kapal dengan teleskop tetap melekat di mata kita. Ia berkata, "Engkau tidak tahu kapan Aku akan kembali. Mungkin di pagi buta. Bisa saja di siang hari terik. Mungkin di sore hari. Atau di tengah malam yang gelap gulita. Kalian tidak tahu kapan, tetapi kalian tahu, bahwa Aku pasti akan datang kembali. Hal terburuk yang bisa engkau perbuat adalah tertidur dan membiarkan kapalmu hanyut oleh badai. Sebaiknya hal itu tidak terjadi padamu. Maka, engkau dapat bergantian dalam tugas berjaga, tetapi tetap harus ada penjaga yang tidak tertidur di waktu tugas. Tugas ini terlalu penting untuk membiarkan hal itu terjadi."
Ayat 34 begitu penting. Ayat ini memberikan dua perintah bersiap yang sederhana: bekerja dan berjaga. Dikatakan bahwa Tuhan telah memberikan kepada masing-masing orang "tugasnya" sendiri-sendiri. Artinya apa yang Tuhan perintahkan agar engkau kerjakan mungkin berbeda dari apa yang diperintahkan Tuhan untuk saya kerjakan, tetapi kita masing-masing dan kita semua memiliki suatu panggilan. Jika engkau meragukan hal tersebut, engkau perlu kembali membaca bagian-bagian Alkitab yang mengandung kata "semua". "KataNya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku."
Jika engkau mau melakukan studi untuk kata "semua", maka engkau akan mendapatkan "panggilan" bagimu di dalam kata "semua" itu. Kepada tiap-tiap orang, Allah, dengan cara-cara yang berbeda, telah memberikan suatu pelayanan yang khusus, pelayanan dengan anak-anak, pelayanan untuk memperhatikan orang lain, pelayanan untuk mengajar, pelayanan memberikan nasihat, atau pelayanan membimbing orang lain dengan sabar. Sebagian orang telah dipanggil untuk pergi ke ujung-ujungg dunia yang sangat jauh, sedangkan ada orang-orang yang dipanggil hanya untuk pergi melayani tetangga di sebelah rumah atau di sekitarnya. Tetapi semuanya diberikan “panggilan”. Meremehkan panggilan ini berarti meremehkan Yesus. Jika engkau menikah, dan engkau berkata kepada pasanganmu bahwa engkau mencintainya lebih daripada segalanya yang ada di dunia, dan pasanganmu memintamu untuk melakukan satu hal sederhana sebelum engkau meninggalkan rumah tetapi engkau enggan melakukannya karena tidak mau repot-repot atau bahkan menganggapnya itu tidak penting, bagaimanakah engkau dapat menunjukkan cintamu kepadanya? Itulah sebabnya Yesus berkata, "Jikalau engkau mengasihi Aku, engkau akan menuruti segala perintahKu." Ia menambahkan,
Yohanes 14:21, “Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."
Saya sedang bergumul untuk dapat melayani dengan masalah ketiadaan komitmen yang melanda orang-orang pada zaman ini. Seakan-akan mereka itu selalu merasa telah berbuat baik kepada Tuhan dengan melayani, dengan menyediakan diri, atau bahkan hanya dengan menghadiri ibadah yang teratur.
Tetapi masih ada banyak hal lain yang harus dikerjakan. Masih banyak tempat yang harus dikunjungi. Seperti rekreasi dan relaksasi pada orang-orang dunia yang bukan lagi menjadi suatu kemewahan, melainkan telah menjadi prioritas. Melakukan tugas pelayanan telah menjadi suatu pilihan dan kewajiban, bukan lagi suatu panggilan. Allah Pencipta, yang menjadikan langit dan bumi, secara pribadi telah memanggil setiap dari kita kepada karya pelayanan tertentu. Yesus akan segera datang kembali. Ketika Ia kembali, apakah panggilan tersebut dikesampingkan karena kita merasakan perlunya untuk menyamakan diri atau mengkompromikan nilai-nilai dalam sikap kita dengan sikap generasi sekarang ini agar kita dapat diterima dengan baik? Atau apakah kita akan menyambut panggilanNya yang mendesak sekarang ini dengan ucapan, "Tuhan, seandainya saja saya itu hidup seratus tahun yang silam, pastilah saya akan jauh lebih banyak terlibat, tetapi di zaman sekarang ini, ada banyak hal yang harus saya kerjakan, saya sudah sangat lelah dan memerlukan lebih banyak waktu untuk beristirahat".
Faktanya bahwa seratus tahun yang silam, para pendahulu kita yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan tidaklah memiliki peralatan-peralatan yang canggih yang dapat menghemat waktu seperti yang kita miliki saat ini, tetapi melayani Sang Raja tetap menjadi pemikiran utama mereka, bukankah hal itu seharusnya membuat kita dapat berpikir ulang tentang alasan kita? Ketika Ia datang, kita haruslah didapati tengah bekerja, kita harus tengah melayani, kita harus tetap setia di kebun anggur yang dimilki Sang Pengusaha, sambil terus membawa panenan. Pada saat kedatanganNya nanti, tidak ada hal lain yang penting. Mintalah kepada Tuhan untuk berbicara kepadamu mengenai panggilan pribadimu. Mintalah kepadaNya untuk membantumu menyusun prioritasmu. Tuhan kiranya membantu kita, agar ketika Dia datang kembali, kita didapati tengah bekerja. - Selanjutnya