Sunday, November 20, 2011

KEMANAKAH KITA AKAN PERGI KETIKA KITA MATI?

“Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!" Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah." Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Luke 23:39-43). 
Kemanakah Kita akan Pergi Ketika Kita Mati? Tujuan Tuhan adalah menebus seluruh milikNya – bukan hanya roh dan jiwa tetapi juga tubuh fisik manusia. Dalam Roma pasal 8, Rasul Paulus menulis,
“Dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin” (Roma 8:21, 22).
Bahkan sapi maupun kuda mengalami sakit pada waktu melahirkan anak. Seluruh dunia mengalami penderitaan yang teramat dalam. “Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluksegala makhluk di sekitar kita – sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita” (Roma 8:22, 23).
Frase kalimat diatas juga dipakai oleh Rasul Paulus dalam Efesus 1:14, “Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.”
Ini adalah ketetapan Tuhan, bahwa Ia telah memilih kita untuk menyelamatkan kita secara sempurna, yaitu untuk membawa kita kembali kepada kemurnian dan kekudusan serta kebahagiaan yang pernah dialami oleh nenek moyang kita yang pertama di Taman Eden. Kita akan sepenuhnya ditebus, baik roh, jiwa, dan tubuh kita, demikian pula seluruh ciptaan di sekitar kita. Di sana tidak akan ada lagi panas matahari yang akan membakar kita dan tidak ada lagi berbagai bencana penghukuman bagi bumi ini. Namun semuanya akan menjadi begitu indah dan mulia seperti pertama kalinya semua itu diciptakan oleh Tangan yang Sempurna, yaitu Tangan Tuhan yang Mahasuci dan Mahakuasa.
Selanjutnya sangat jelas dan sangat nyata untuk dilihat bahwa saat diantara roh kita ditebus dan jiwa kita dilahirkan kembali yaitu saat sewaktu kita diselamatkan dengan saat kebangkitan tubuh kita kelak yaitu saat ketika tubuh kita diubahkan menjadi tubuh mulia – ada suatu periode waktu yang besar. Suatu masa diantaranya. Tubuh kita telah rusak dan tidak sempurna walaupun roh kita telah ditebus dan jiwa kita telah dilahirkan kembali. Ada suatu masa diantaranya yakni ketika kita menerima Yesus sebagai Juruselamat dalam hati kita dan dilahirkan kembali, dengan ketika tubuh kita akan dibangkitkan dari antara orang mati dan diubahkan menjadi tubuh yang mulia pada saat Yesus datang kelak untuk menjemput umat milikNya.


MASA DIANTARANYA
Periode waktu atau masa itu mungkin sangat singkat bagi beberapa orang, namun bagi yang lainnya, mereka mungkin telah menanti masa atau waktu itu dengan cukup lama. Coba Anda pikirkan berapa lama periode waktu antara kematian Adam dengan Nuh dengan Abraham dengan Musa dan hari kebangkitan. Saya akan menyebutnya sebagai intermediate state, yaitu suatu periode waktu antara saat kelahiran kembali dari jiwa kita dengan hari ketika tubuh kita akan dibangkitkan menjadi tubuh yang tidak dapat binasa lagi yakni suatu hari penebusan dari seluruh milik kepunyaanNya yang telah dibeli dengan darahNya.
Ketika kita mati, roh kita yang telah dilahirkan kembali itu akan dipisahkan dari tubuh kita yang belum sempurna itu dan
membusuk di dalam tanah. Lalu apakah yang terjadi terhadap dengan roh kita dan siapakah kita serta kemanakah kita akan pergi ketika kita dipisahkan dari tubuh kita yang fana dan rusak itu melalui kematian? Apakah roh kita hidup dan masih dapat merasakan sesuatu, masih memiliki emosi serta sensitifitas? Kenyataannya adalah Ya. Tuhan adalah Roh. Para malaikat juga roh. Dan kita juga roh melalui kematian tersebut. Lalu kemanakah kita akan pergi di dalam wujud roh itu sebagai orang yang percaya kepada Kristus? Bersama dengan Tuhan. Dalam 2 Korintus, Rasul Paulus berbicara tentang perpisahan antara roh dan tubuh. Ia berkata, “Tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih [ekdemeo] dari tubuh ini untuk menetap [endemeo] pada Tuhan.” (2 Korintus 5:8)
Dalam King James Version: We are confident and willing to be absent from the body and to be present with the Lord” (2 Korintus 5:8).
Apekdechomai berarti “menunggu, menanti’; ekdemeo berarti “beralih atau pindah atau meninggalkan rumah”; endemeo berarti “menetap di rumah.”
Jadi rasul Paulus berkata, “Tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih [ekdemeo] dari tubuh ini untuk menetap [endemeo] pada Tuhan.” Oleh sebab itu, Kitab Suci menjelaskan bahwa kita akan meninggalkan rumah ini atau tubuh ini – untuk menetap bersama dengan Tuhan. Itulah sebabnya mengapa rasul Paulus berkata, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Filipi 1:21). Kita akan meninggalkan tubuh yang fana dan rusak ini, pada saat kita mati, dan bagi kita orang percaya dalam Kristus langsung menetap bersama dengan Tuhan.
Dalam Firman Tuhan diatas Anda telah membaca “sesungguhnya hari ini [semeron] juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus [paradeisos] (Lukas 23:43). Kata paradeisos ini digunakan sebanyak tiga kali di dalam Alkitab, yang semuanya mendeskripsikan tentang “sesuatu yang agung dan mulia”. Dalam bahasa Persia kuno juga mempunyai arti, “suatu taman atau surga.”
Tetapi kata tersebut dipakai pertama kalinya pada ayat Lukas 23:43. Hari ini atau semeron yang berarti “tidak ada hari lain” atau juga mempunyai arti “beberapa jam setelah itu”. Dengan kata lain bahwa orang itu tidak akan tinggal dalam dunia orang mati, tetapi hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (Lukas 23:43).
Kata paradeisos ini dipakai untuk kedua kalinya dalam 2 Korintus 12 di mana Rasul Paulus berkata, “orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga” (2 Korintus 12:2). Dan kemudian ia mengulanginya dengan berkata, “ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus” (2 Korintus 12:4). Jadi Firdaus adalah langit ketiga di mana Tuhan berada.
Pemakaian yang ketiga kalinya dari kata firdaus atau paradeisos digunakan dalam Wahyu pasal dua. Ketika Tuhan mengalamatkan suratNya kepada jemaat di Efesus, Ia berkata, “Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah” (Wahyu 2:7). Dan itu memberikan isyarat kepada kita di mana tempat itu berada. Dalam Wahyu 22:2, “Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hambaNya akan beribadah kepadaNya” (Wahyu 22:3).
Dan di dalam Wahyu pasal 2 dikatakan bahwa ada pohon kehidupan di dalam Firdaus. Jadi Firdaus adalah kota suci yang suatu hari nanti akan turun dari Tuhan, dari surga. Itu artinya bahwa ketika kita mati, kita akan langsung bersama dengan Tuhan di Firdaus, di surga, di Yerusalem, kota Tuhan yang kudus dan indah itu. Itu adalah tempat ke mana kita akan pergi pada saat kita mati.
Tempat itu adalah suatu keadaan yang begitu indah dan tanpa batas. Kita membaca suatu kisah yang indah di dalam Injil Lukas tentang pengemis itu, yaitu Lazarus yang mati, ia dibawa oleh para malaikat ke “pangkuan Abraham,” perkataan ini merupakan bahasa atau istilah Talmudik untuk menjelaskan Firdaus Tuhan, surga tempat di mana Tuhan kita berada.
Dalam Wahyu 14:13, Roh berkata, “Tuliskan.” Apa itu? “Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka” (Wahyu 14:13).
Dalam meterai kelima, Rasul Yohanes melihat darah dari jiwa-jiwa orang-orang yang telah menjadi martir di mezbah Tuhan. Itu adalah gambaran tentang korban. Darah itu dipercikkan ke atas mezbah. Dan orang-orang yang telah menjadi martir oleh karena nama Kristus, melihat Dia yang dikorbankan bagi hidup mereka untuk Tuhan. “Dan mereka berseru dengan suara nyaring, katanya: "Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar?” ( Wahyu 6:10). Dan Allah menjawab mereka, “Sebentar lagi. Istrirahatlah sejenak sampai hari penghakiman agung tiba.”
Jadi pada masa diantaranya, yaitu periode waktu antara hari kematian kita dan hari kebangkitan tubuh kita, kita orang-orang percaya ada bersama dengan Yesus. Kita bersama dengan Tuhan di Firdaus. Itu adalah nama untuk kota Tuhan yang indah dan kudus.


SUASANA FIRDAUS
Lalu sekarang seperti apakah suasana di Firdaus itu? Apakah kita dapat menjelaskannya?
Rasul Paulus menulis dengan luar biasa dalam 1 Korintus 13 ketika ia berkata, “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal” (1 Korintus 13:12).
Apa yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus bahwa di Firdaus –  di surga, kita akan mengenal Tuhan sama seperti Tuhan mengenal kita. Disini ia menggunakan kata “epiginosko - mengenal” , yang mempunyai arti “mengenal secara eksperensial, mengetahui yang sesungguhnya dan kenyataannya.” Kita dapat menterjemahkan kata tersebut dengan kata recognize” dalam bahasa Inggris atau “mengenal secara dekat” bukan hanya sekedar “tahu.” Jadi intinya adalah kita akan saling mengenal satu sama lainnya bahkan sama seperti Tuhan juga mengenal kita.
Ada dua puluh empat kata “epiginosko”  dalam Injil Lukas. Salah satunya adalah “Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal [epiginosko] Dia” (Lukas 24:16).
Kata ini juga dipakai ketika Tuhan duduk pada perjamuan makan malam dan berdoa untuk memberkati roti itu, “Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal (epiginosko) Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka” (Lukas 24:31). Mereka mengenal Dia, yakni kata yang rasul Paulus pergunakan yang berhubungan dengan keadaan kita di surga nanti epiginosko”. Kita akan saling mengenal satu sama lain sama seperti Kristus mengenal kita. Dan juga mereka yang ada di surga akan memiliki nama sama seperti kita memiliki nama selama di bumi. Dalam injil Lukas 1:19, “Akulah Gabriel yang melayani Allah”. Perhatikanlah apa yang Ia katakan, Akulah Gabriel.” Ia memiliki nama. Yesus berkata, “Aku, Yesus, telah mengutus malaikatKu untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat” (Wahyu 22:16). Ketika Yesus menampakkan diri kepada Rasul Paulus, Ia bekata, “Akulah Yesus yang engkau aniaya itu” (Kisah Rasul 9:5).
Ketika Yesus dimuliakan di bukit, murid-murid dapat mengenali Musa dan Elia dan mengetahui nama mereka. Dengan intuisi rohaninya, murid-murid itu dapat mengenali walaupun mereka tidak pernah dan belum pernah melihat mereka. Dalam kisah orang kaya dan Lazarus – orang kaya itu dapat mengenali Abraham dan juga dapat mengenali serta berbicara kepada Lazarus, dan Lazarus juga dapat mengenali orang kaya itu dan Abraham.
Itulah yang dikatakan oleh Firman Tuhan bahwa kita tidak akan dikumpulkan dalam suatu kegelapan tanpa wajah, tanpa nama dan tanpa personalitas. Keadaan seperti itu bukanlah kehendakNya yang sempurna untuk penebusanNya yang juga sempurna. Tetapi kita akan dikumpulkan bersama Tuhan menjadi suatu pribadi yang telah dimuliakan namun tetap saling mengenal antara satu dengan yang lainnya.
Seperti itulah Tuhan kita. Ia mengenal kita secara pribadi. Para murid juga dapat mengenali Tuhan Yesus yang telah bangkit sama seperti mereka mengenal Dia sebelum Dia mati. Engkau telah mengetahui bahwa Maria segera dapat mengenali Yesus setelah Dia memanggil namanya di dekat kuburNya. Di dekat kubur itu, Tuhan menghampiri Maria dan berkata, “Maria.” Rasul Yohanes berkata bahwa ketika ia masuk ke dalam kubur, kubur itu kosong, dan ia melihat kain kafannya dilipat dengan rapi dan diletakkan pada tempatnya, dan ia tahu bahwa Yesus yang melipat kain kafan itu. Dan ketika ia melihat kain kafan yang terlipat dengan rapi itu, Rasul Yohanes percaya bahwa Tuhan Yesus telah bangkit, Tuhan hidup –  bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati.
Dua murid yang berada dalam perjalanan menuju Emaus mengenali Yesus ketika Ia sedang mengucap berkat. Yesus pernah mengucap berkat sebelum memecah-mecahkan roti. Dan ketika Yesus mengucap berkat atas roti itu, kedua murid itupun mengenali Dia. Ketika Ia berdiri di hadapan para muridNya dan kepada Tomas yang peragu itu, Ia mengangkat tanganNya dan berkata, “Lihatlah tanganKu bekas lobang paku ini dan lihatlah lambungku” . Pengenalan akan Yesus terjadi secara pribadi demi pribadi. Yesus adalah tetap Yesus. Dan Andapun akan tetap menjadi Anda. Dan saya akan tetap menjadi saya. Kita akan tetap menjadi kita.
Semua itu akan menjadi penebusan yang “penuh” atau “sepenuhnya” bagi umat tebusanNya sesuai dengan FirmanNya, tidak setengah-setengah ketika Tuhan menyempurnakan pekerjaan anugerah dan kemuliaanNya di dalam kita. Suatu hari nanti kita semua akan berkumpul di surga yang mulia bersama dengan Tuhan.
Pada waktu saya terakhir kali mengunjungi ibu saya yang sudah tua dan sakit-sakitan, ia berkata kepada saya,
“Nak, pernahkah kamu berbicara dengan kakekmu?”
Saya menjawab, “Belum, ibu.”
Ia berkata, “Nak, pernahkan kamu memberi salam kepada nenekmu?”
Saya menjawab, “Belum, ibu.”
Ia berkata, “Nak, pernahkan kamu berbicara dengan pamanmu, Joe?”
Saya menjawab, “Belum, ibu.”
Kakek dan nenek saya telah meninggal lebih dari lima puluh tahun sebelumnya pada waktu ibu saya bertanya kepada saya. Dan paman Joe bahkan telah meninggal lebih dari tujuh puluh tahun sebelumnya karena ia meninggal pada usia yang sangat muda pada waktu ibu bertanya kepada saya.
Dan kemudian saya bertanya, “Ibu, memangnya dimanakah mereka? Bagaimana mungkin saya dapat berbicara dengan mereka?
Ibu menjawab, “Nak, mereka ada di sini.”
Saya berkata, “Ibu, mereka ada di sini?”
“Ya”, ia menjawab, “Mereka ada di sini.”
Saya lalu berkata, “Ibu, apa yang membuat ibu berpikir bahwa mereka ada di sini?”
Ibu saya berkata, “Nak, ibu telah melihat mereka. Mereka telah mengunjungi ibu. Dan mereka ada di sini. Dan nak, sebelum saya pulang, saya ingin kamu bertemu dengan kakek dan nenek serta pamanmu, Joe.”
Saya menjawab, “Saya tidak tahu sekarang, tetapi saya berjanji bahwa suatu hari nanti, saya akan mengunjungi kakek dan nenek dan paman Joe.”
Bagaimanakah Anda dapat menjelaskan semua itu? Ibu dapat mengenali anggota keluarganya menjelang kematiannya. Setelah saya mati barulah saya dapat berjumpa dengan kakek dan nenek serta paman Joe.
Segala sesuatu yang kita tahu dan alami sebagai orang Kristen dan segala sesuatu yang kita baca di dalam Alkitab adalah janji yang begitu indah tentang rumah kita di sorga, Tuhan membuat kita sempurna bahkan dalam ketidak-sempurnaan kita.
Kemanakah kita akan pergi ketika kita mati? Ke dalam hadirat Tuhan yang ada di Firdaus, yang ada di surga, yaitu kota Tuhan yang kudus, rumah kita untuk selama-lamanya.
Karena itu saya mengajak Anda untuk bergabung dan masuk ke dalam kemuliaan Allah yang telah menuliskan karya keselamatan yang agung bagi kita semua, yang telah berjanji akan menyelamatkan kita, yang telah membeli kita sepenuhnya untuk menjadi milikNya – bukan hanya roh dan jiwa kita saja, tetapi Ia juga akan memberikan tubuh kemuliaan kepada kita, yaitu tubuh yang tidak akan pernah binasa lagi. Kita semua akan bersama menjadi anggota keluarga yang telah ditebus oleh Tuhan.
Sungguh  merupakan suatu tragedi yang teramat menyedihkan bagi orang-orang yang siap ke surga, namun beberapa anggota keluarganya masih terhilang dan akan ditinggalkan. Tuhan akan memberikan kepada kita tubuh yang tidak akan binasa untuk selamanya, dan kita semua akan bersama dengan Juruselamat kita dalam kemuliaan untuk selama-lamanya.
“Datanglah.” Tuhan masih membuka pintu, selama kasih itu masih terbuka dan undangan masih dikumandangkan, Tuhan berkata, “Datanglah kepadaku.”
Apakah yang lebih berharga dalam hidup Anda selain memberikan hati Anda kepada Tuhan ? oleh Dr. W. A. Criswell